BAB I
PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
Masalah
bidan adalah seorang wanita yang mengikuti dan menyelesaikan pendidikan
kebidanan yang diakui oleh pemerintah, lulus ujian sesuai dengan syarat dan
ketentuan yang berlaku dan mendapat izin yang sah dari dinas kesehatan . Bidan
juga dapat didefinisikan sebagai seorang petugas kesehatan yang tertatih secara
formal maupun nonformal tetapi bukan seorang dokter, yang membantu kelahiran
bayi serta perawatan maternal terkait.
Bidan
dikenal sebagai professional yang bertanggung jawab yang bekerja sebagai mitra
perempuan dalam memberikan dukungan yang diperlukan, asuhan, dan saran selama
kehamilan, periode persalinan dan post partum dan melakukan pertolongan
persalinan. Bidan adalah salah satu profesi tertua. Bidan terlahir sebagai
wanita terpercaya dalam mendampingi dan menolong ibu dalam melahirkan bayinya
sampai ibu dapat merawat bayinya dengan baik.
Bidan
bekerja berdasarkan pada pandangan filosofi yang dianut keilmuan , metode kerja
, standar praktik, pelayanan dan kode etik profesi yang dimiliki.Suatu jabatan
profesi yang disandang oleh anggota profesi tentu mempunyai ciri-ciri yang
mampu menunjukan sebgai jabatan yang professional.
Falasafah kebidanan merupakan
pandangan hidup atau penuntun bagi bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan.
I.2 TUJUAN
Membuat
laporan diskusi tentang konsep kebidanan tentang sejarah pendidikan bidan
perkembangan bidan sebagai profesi , paradigma secara umum dan komponen
paradigm dalam asuhan kebidanan.
BAB II
ISI
ISI
A. Sejarah
Perkembangan Pelayanan Dan Pendidikan Bidan
Didalam Dan Diluar Negeri
Perkembangan
pelayanan dan pendidikan kebidanan nasional maupun internasional terjadi begitu
cepat. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan pelayanan dan pendidikan
kebidanan merupakan hal yang penting untuk dipelajari dan dipahami oleh petugas
kesehatan khususnya bidan yang bertugas sebagai bidan pendidik maupun bidan di
pelayanan
Salah satu faktor yang menyebabkan terus berkembangnya pelayanan dan pendidikan kebidanan adalah masih tingginya mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin, khususnya di negara berkembang dan di negara miskin yaitu sekitar 25-50%. Mengingat hal diatas, maka penting bagi bidan untuk mengetahui sejarah perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan karena bidan sebagai tenaga terdepan dan utama dalam pelayanan kesehatan ibu dan bayi diberbagai catatan pelayanan wajib mengikuti perkembangan IPTEK dan menambah ilmu pengetahuannya melalui pendidikan formal atau non formal dan bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan maupun pelatihan serta meningkatkan jenjang karir dan jabatan yang sesuai.
Salah satu faktor yang menyebabkan terus berkembangnya pelayanan dan pendidikan kebidanan adalah masih tingginya mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin, khususnya di negara berkembang dan di negara miskin yaitu sekitar 25-50%. Mengingat hal diatas, maka penting bagi bidan untuk mengetahui sejarah perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan karena bidan sebagai tenaga terdepan dan utama dalam pelayanan kesehatan ibu dan bayi diberbagai catatan pelayanan wajib mengikuti perkembangan IPTEK dan menambah ilmu pengetahuannya melalui pendidikan formal atau non formal dan bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan maupun pelatihan serta meningkatkan jenjang karir dan jabatan yang sesuai.
1. Sejarah Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan
Kebidanan di Indonesia
Perkembangan pendidikan dan pelayanan kebidanan di Indonesia tidak terbatas dari masa penjajahan Belanda, era kemerdekaan, politik/kebijakan pemerintah dalam pelayanan dan pendidikan tenaga kesehatan, kebutuhan masyarakat serta kemajuan ilmu dan teknologi.
Ø
Perkembangan Pelayanan Kebidanan
Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab praktik profesi bidan dalam system pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan kaum perempuan khususnya ibu dan anak. Layanan kebidanan yang tepat akan meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu dan bayinya. Layanan kebidanan/oleh bidan dapat dibedakan meliputi :
1)
Layanan kebidanan primer yaitu layanan yang diberikan sepenuhnya atas tanggung
jawab bidan.
2)
Layanan kolaborasi yaitu layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim
secara bersama-sama dengan profesi lain dalam rangka pemberian pelayanan
kesehatan.
3)
Layanan kebidanan rujukan yaitu merupakan pengalihan tanggung jawab layanan
oleh bidan kepada system layanan yang lebih tinggi atau yang lebih kompeten
ataupun pengambil alihan tanggung jawab layanan/menerima rujukan dari penolong
persalinan lainnya seperti rujukan.
Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, angka kematian ibu dan anak sangat tinggi. Tenaga penolong persalinan adalah dukun. Pada tahun 1807 (zaman Gubernur Jenderal Hendrik William Deandels) para dukun dilatih dalam pertolongan persalinan, tetapi keadaan ini tidak berlangsung lama karena tidak adanya pelatih kebidanan.
Adapun pelayanan kebidanan hanya diperuntukkan bagi orang-orang Belanda yang ada di Indonesia. Tahun 1849 di buka pendidikan Dokter Jawa di Batavia (Di Rumah Sakit Militer Belanda sekarang RSPAD Gatot Subroto). Saat itu ilmu kebidanan belum merupakan pelajaran, baru tahun 1889 oleh Straat, Obstetrikus Austria dan Masland, Ilmu kebidanan diberikan sukarela. Seiring dengan dibukanya pendidikan dokter tersebut, pada tahun 1851, dibuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi di Batavia oleh seorang dokter militer Belanda (dr. W. Bosch). Mulai saat itu pelayanan kesehatan ibu dan anak dilakukan oleh dukun dan bidan.
Pada tahun 1952 mulai diadakan pelatihan bidan secara formal agar dapat meningkatkan kualitas pertolongan persalinan. Perubahan pengetahuan dan keterampilan tentang pelayanan kesehatan ibu dan anak secara menyeluruh di masyarakat dilakukan melalui kursus tambahan yang dikenal dengan istilah Kursus Tambahan Bidan (KTB) pada tahun 1953 di Yogyakarta yang akhirnya dilakukan pula dikota-kota besar lain di nusantara.
Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, angka kematian ibu dan anak sangat tinggi. Tenaga penolong persalinan adalah dukun. Pada tahun 1807 (zaman Gubernur Jenderal Hendrik William Deandels) para dukun dilatih dalam pertolongan persalinan, tetapi keadaan ini tidak berlangsung lama karena tidak adanya pelatih kebidanan.
Adapun pelayanan kebidanan hanya diperuntukkan bagi orang-orang Belanda yang ada di Indonesia. Tahun 1849 di buka pendidikan Dokter Jawa di Batavia (Di Rumah Sakit Militer Belanda sekarang RSPAD Gatot Subroto). Saat itu ilmu kebidanan belum merupakan pelajaran, baru tahun 1889 oleh Straat, Obstetrikus Austria dan Masland, Ilmu kebidanan diberikan sukarela. Seiring dengan dibukanya pendidikan dokter tersebut, pada tahun 1851, dibuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi di Batavia oleh seorang dokter militer Belanda (dr. W. Bosch). Mulai saat itu pelayanan kesehatan ibu dan anak dilakukan oleh dukun dan bidan.
Pada tahun 1952 mulai diadakan pelatihan bidan secara formal agar dapat meningkatkan kualitas pertolongan persalinan. Perubahan pengetahuan dan keterampilan tentang pelayanan kesehatan ibu dan anak secara menyeluruh di masyarakat dilakukan melalui kursus tambahan yang dikenal dengan istilah Kursus Tambahan Bidan (KTB) pada tahun 1953 di Yogyakarta yang akhirnya dilakukan pula dikota-kota besar lain di nusantara.
Seiring dengan pelatihan tersebut
didirikanlah Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA).
Dari BKIA inilah yang akhirnya menjadi suatu pelayanan terintegrasi kepada masyarakat yang dinamakan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) pada tahun 1957. Puskesmas memberikan pelayanan berorientasi pada wilayah kerja. Bidan yang bertugas di Puskesmas berfungsi dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk pelayanan keluarga berencana.
Mulai tahun 1990 pelayanan kebidanan diberikan secara merata dan dekat dengan masyarakat. Kebijakan ini melalui Instruksi Presiden secara lisan pada Sidang Kabinet Tahun 1992 tentang perlunya mendidik bidan untuk penempatan bidan di desa.
Adapun tugas pokok bidan di desa adalah sebagai pelaksana kesehatan KIA, khususnya dalam pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan kesehatan bayi baru lahir, termasuk. Pembinaan dukun bayi. Dalam melaksanakan tugas pokoknya bidan di desa melaksanakan kunjungan rumah pada ibu dan anak yang memerlukannya, mengadakan pembinaan pada Posyandu di wilayah kerjanya serta mengembangkan Pondok Bersalin sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.
Hal tersebut di atas adalah pelayanan yang diberikan oleh bidan di desa. Pelayanan yang diberikan berorientasi pada kesehatan masyarakat berbeda halnya dengan bidan yang bekerja di rumah sakit, dimana pelayanan yang diberikan berorientasi pada individu. Bidan di rumah sakit memberikan pelayanan poliklinik antenatal, gangguan kesehatan reproduksi di poliklinik keluarga berencana, senam hamil, pendidikan perinatal, kamar bersalin, kamar operasi kebidanan, ruang nifas dan ruang perinatal.
Titik tolak dari Konferensi Kependudukan Dunia di Kairo pada tahun 1994 yang menekankan pada reproduktive health (kesehatan reproduksi), memperluas area garapan pelayanan bidan. Area tersebut meliputi :
1) Safe Motherhood, termasuk bayi baru lahir dan perawatan abortus
2) Family Planning.
3) Penyakit menular seksual termasuk infeksi saluran alat reproduksi
4) Kesehatan reproduksi remaja
5) Kesehatan reproduksi pada orang tua.
Dari BKIA inilah yang akhirnya menjadi suatu pelayanan terintegrasi kepada masyarakat yang dinamakan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) pada tahun 1957. Puskesmas memberikan pelayanan berorientasi pada wilayah kerja. Bidan yang bertugas di Puskesmas berfungsi dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk pelayanan keluarga berencana.
Mulai tahun 1990 pelayanan kebidanan diberikan secara merata dan dekat dengan masyarakat. Kebijakan ini melalui Instruksi Presiden secara lisan pada Sidang Kabinet Tahun 1992 tentang perlunya mendidik bidan untuk penempatan bidan di desa.
Adapun tugas pokok bidan di desa adalah sebagai pelaksana kesehatan KIA, khususnya dalam pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan kesehatan bayi baru lahir, termasuk. Pembinaan dukun bayi. Dalam melaksanakan tugas pokoknya bidan di desa melaksanakan kunjungan rumah pada ibu dan anak yang memerlukannya, mengadakan pembinaan pada Posyandu di wilayah kerjanya serta mengembangkan Pondok Bersalin sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.
Hal tersebut di atas adalah pelayanan yang diberikan oleh bidan di desa. Pelayanan yang diberikan berorientasi pada kesehatan masyarakat berbeda halnya dengan bidan yang bekerja di rumah sakit, dimana pelayanan yang diberikan berorientasi pada individu. Bidan di rumah sakit memberikan pelayanan poliklinik antenatal, gangguan kesehatan reproduksi di poliklinik keluarga berencana, senam hamil, pendidikan perinatal, kamar bersalin, kamar operasi kebidanan, ruang nifas dan ruang perinatal.
Titik tolak dari Konferensi Kependudukan Dunia di Kairo pada tahun 1994 yang menekankan pada reproduktive health (kesehatan reproduksi), memperluas area garapan pelayanan bidan. Area tersebut meliputi :
1) Safe Motherhood, termasuk bayi baru lahir dan perawatan abortus
2) Family Planning.
3) Penyakit menular seksual termasuk infeksi saluran alat reproduksi
4) Kesehatan reproduksi remaja
5) Kesehatan reproduksi pada orang tua.
2. Sejarah
Pelayanan Kebidanan di Luar Negeri
Sebelum abad 20 (1700-1900)
William Smellie dari Scotlandia
(1677-1763) mengembangkan forcepss dengan kurva pelvik seperti kurva shepalik .
Dia memperkenalkan cara pengukuran konjungata diagonalis dalam pelvi metri ,
menggambarkan metode tentang persalinan lahirnya kepala pada presentasi bokong
, dan penanganan resusitasi bayi asfiksia dengan penonpaan paru-paru melalui
sebuah metal kateler .
Ignos Phillip Semmelweis , seorang
dokter dari Hungaria (1818-1865) mengenalkan tentang cuci tangan yang bersih ,
mengacu pada pengendalian species puerperium .
James Young Simpsosn dari Edenburgh ,
Scotlandia (1811-1870) memperkenalan dan menggunakan anastesi umum .
Tahun 1824 , James Blundell dari Inggris
menjadi orang pertama yang berhasil menangani pendarahan postpartum dengan
menggunakan tranfusi darah .
Jean Lubumean dari Prancis (orang
kepercayaan Rene Laenec , penemu Stetoskop pada tahun 1819) pertama kali
mendengar bunyi jantung janin dengan stetoskop pada tahun 1920.
Jhon Charles Weaven dari Inggris
(1811-1859) , pada tahun 1843 , adalah orang pertama yang tes urin pada
perempuan hamil untuk pemeriksaan dan menghubungkan kehadirannya dengan
eklamsipsia .
Adolf Pinard dari Prancis (1844-1934) ,
pada tahun 1878, mengumpulkan kerjanya pada palpasi abdominal.
Carl Crede dari Jerman (1819-1892),
menggambarkan metode stimulasi urin yang lembut dan lentur untuk mengeluarkan
plasenta.
Juduig Bandl,
dokter obstetri dari jerman (1842-1992), pada tahun 1875, menggambarkan
lingkaran retraksi yang pasti muncul pada pertemuan segmen atas rahim dan
segmen bawah rahim dalam persalinan macet atau sulit.
Daunce dari Bordeauz, pada tahun 1857,
memperkenalkan penggunaan inkubator dalam perawatan bayi prematur.
Abad 20
Postnatal care sejak munculnya hospitalisasi untuk persalinan telah
berubah dari perpanjangan masa rawatan sampai 10 hari, ke trend “Modern”
ambulasi diri. Yang pada kenyataannya, suatu pengembalian pada “cara yang lebih
alami”.
Selama beberapa tahun, pemisahan ibu dan bayi merupakan praktek yang dapat diterima di banyak rumah sakit, dan alat menyusui bayi buatan menjadi dapat diterima, dan bahkan oleh norma! Bagaimanapun, alami sekali lagi “membuktikan dirinya “rooing-in” dipraktekan dan menyusui dipromosikan menyusui disemua rumah sakit yang sudah mendapat penerangan.
Perkembangan teknologi yang cepat telah monitoring anthepartum dan intrapartum yang tepat menjadi mungkin dengan pengguraan ultrasonografi dan cardiotocografi, dan telah merubah prognosis bagi bayi prematur secara dramatis ketika dirawat di neonatal intersive acara urits, hal ini juga memungkinkan perkembangan yang menakjubkan.
Selama beberapa tahun, pemisahan ibu dan bayi merupakan praktek yang dapat diterima di banyak rumah sakit, dan alat menyusui bayi buatan menjadi dapat diterima, dan bahkan oleh norma! Bagaimanapun, alami sekali lagi “membuktikan dirinya “rooing-in” dipraktekan dan menyusui dipromosikan menyusui disemua rumah sakit yang sudah mendapat penerangan.
Perkembangan teknologi yang cepat telah monitoring anthepartum dan intrapartum yang tepat menjadi mungkin dengan pengguraan ultrasonografi dan cardiotocografi, dan telah merubah prognosis bagi bayi prematur secara dramatis ketika dirawat di neonatal intersive acara urits, hal ini juga memungkinkan perkembangan yang menakjubkan.
a. Sejarah
Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan Kebidanan di Amerika
1) Pelayanan Kebidanan di Amerika
Di Amerika, para bidan berperan seperti
dokter, berpengalaman tanpa pendidikan yang spesifik, standar-standar, atau
peraturan-peraturan sampai pada awal abad ke 20.
Kebidanan, sementara itu, menjadi tidak
diakui dalam sebagian besar yurisdiksi (hukum) dengan istilah ‘nenek tua’:
Kebidanan akhirnya padam, profesi bidan hampir mati.
Sekitar tahun 1700, para ahli sejarah
memprediksikan bahwa angka kematian ibu di AS sebanyak 95%. Salah satu alasan
mengapa dokter banyak terlibat dalam persalinan adalah untuk mengjhilangkan
praktik sihir yang masih ada pada saat itu. Dokter memegang kendali dan banyak
memberikan obat-obatan tetapi tidak mengindahkan aspek spiritual, sehingga
perempuan yang menjalani persalinan selalu dihinggapi perasaan takut terhadap
kematian.
2) Pendidikan Kebidanan di Amerika
Tahun 1765, pendidikan formal untuk
bidan mulai di buka pada akhir abad ke 18. Banyak kalangan medis yang berpendapat
bahwa secar emosi dan intelektual, perempuan tidak mampu belajar dan menerapkan
metode obstetrik. Pendap[at ini digunakan untuk menjatuhkan profesi bidan,
sehingga bidan tidak mempunyai pendukung. Pada pertengahan abad antar tahun
1770 dan 1820, para perempuan golongan atas di kota-kota Amerika, mulai meminta
bantuan para dokter. Sejak awal tahun 1990 setengah persalinan di AS ditangani
oleh dokter; bidan hanya menangani persalinan perempuan yang tidak mampu
mebayar dokter.
Tahun 1915, Dokter Joseph de lee
mengatakan bahwa kelahiran bayi adalah proses patologis dan bidan tidak
mempunyai peran didalamnya, serta diberlakukannya protap pertolongan persalinan
di AS, yaitu : memberikan sedatif pada awal inpartu, membiarkan serviks berdilatasi memeberikan
ather pada kala II, melakukan episiotomi, melahirkan bayi dengan forceps
ekstraksi plasenta, memberikan uteronika serta menjahit episiotomi.
Tahun 1955 American College of
Nurse-Midwifes (ACNM) di buka. Pada tahun 1971, seorang bidan di Tennese
mulai menolong persalinan secara mandiri di institut kesehatan.
Pada tahun 1979, badan pengawasan obat
Amerika menyatakian bahwa ibu bersalin yang menerima anestesi dalam dosis
tinggi melahirkan anak-anak dengan kemunduran perkembangan psikomotor.
Pada era 1980-an, ACNM membuat pedoman
alternatif lain dalam homebirth.
0pada tahun yang sama dibuat legalisasi tentang praktik profesional bidan,
sehingga membuat bidan menjadi sebuah profesi dengan lahan praktik yang
spesifik dan membutuhkan organisasi yang mengatur profesi tersebut.
Pada tahun 1982 MANA (Midwive Alliance Of North America) dibentuk guna meningkatkan
komunikasi antar bidanserta mwembuat peraturan sebagai dasar kompetisi untuk
melindungi bidan.
Hambatan-hambatan
yang dirasakan oleh bidan Amerika saat ini antara lain :
- Walau ada banyak
undang-undang yang baru, direct entri
midwives masih dianggap ilegal di beberapa negara bagian.
- Lisensi praktik berbeda
pada setiap negara bagian, tidak ada standar nasional sehingga tidak ada
definisi yang jelas tentang bidan sebagai seseorang yang telah terdidik dan
memiliki standar kompetensi yang sama.
- Kritik tajam dari profesi
medis kepada direct entry midwives
ditambah dengan isolasi dari sistem pelayanan kesehatan telah mempersulit
sebagian besar dari mereka untuk memperoleh dukungan medis yang memadai bila
terjadi keadaan gawat darurat.
Pendidikan kebidana biasanya berbentuk
praktik lapangan. Sampai saat ini mereka bisa menangani persalinan dengan
pengalaman sebagai bidan. Bidan adalah seseorang telah menyelesaikan pendidikan
4 tahun dan praktik lapangan selama 2 tahun, yang mana biayanyan yang sangat
mahal. Kebidanan memiliki sebuah organisasi untuk membentuk standar,
menyediakan sertifikat dan membuat ijin praktik. Saat ini AS merupakan negara yang menyediakan perawatan maternitas
termahal di dunia, tetapi sekaligus merupakan negara industri yang paling buruk
dalam hasil perawatan natal di negara-negara industri lainnya.
b.
Sejarah Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan Kebidanan di Belanda
1)
Perkembangan Kebidanan di Belanda
Seiring
dengan meningkatnya perhatian pemerintah Belanda terhadap kelahiran dan
kematian, pemerintah mengambil tindakan terhadap masalah tersebut. Wanita
berhak memilih apakah ia mau melahirkan di rumah atau di Rumah Sakit, hidup
atau mati. Belanda memiliki angka kelahiran yang sangat tinggi,
sedangkan kematian prenatal relatif rendah.
Prof. Geerit Van Kloosterman pada
konferensinya di Toronto tahun 1984, menyatakan bahwa setiap kehamilan adalah
normal, harus selalu dipantau dan mereka bebas memilih untuk tinggal di rumah
atau rumah sakit, dimana bidan yang sama akan memantau kehamilannya.
Astrid Limburg mengatakan : Seorang
perawat yang baik tidak akan menjadi seorang bidan yang baik karena perawat
dididik untuk merawat orang yang sakit, sedangkan bidan untukkesehatan wanita.
Maria De Broer yang mengatakan bahwa
kebidanan tidak memiliki hubungan dengan keperawatan; kebidanan adalah profesi
yang mandiri.
Pendidikan kebidanan di Amsterdam
memiliki prinsip yakni sebagaimana memberi anastesi dan sedatif pada pasien
begitulah kita harus mengadakan pendekatan dan memberi pada ibu saat
persalinan. Jadi pada praktiknya bidan harus
memandang ibu secara keseluruhan dan mendorong ibu untuk menolong
dirinya sendiri. Bidan harus menjadi role
model di masyarakat dan harus menganggap kehamilan adalah sesuatu yang
normal, sehingga apabila seorang perempuan merasa dirinya hamil dia dapat
langsung memeriksakan diri ke bidan/atau dianjurkan oleh keluarga, teman, atau
siapa saja.
2)
Pendidikan Kebidanan di Belanda
Pendidikan
Kebidanan di Belanda terpisah dari pendidikan keperawatan dan berkembang
menjadi profesi yang berbeda. Di Belanda ada 3 institusi kebidanan dan menerima
66 mahasiswa setiap tahunnya. Hampir tahun 800 calon mahasiswa (95% wanita, 4%
pria) yang mengikuti tes syarat masuk mengikuti pendidikan usia minimum 19
tahun, telah menamatkan Secondary Education atau yang sederajat dari
jurusan kimia dan
biologi. Mahasiswa kbidanan tidak menerima gaji dan tidak membayar
biaya pendidikan.
Selama pendidikan di ketiga institusi tersebut menekankan bahwa kehamilan, persalinan, dan nifas sebagai proses fisiologis. Ini diterapkan dengan menempatkan mahasiswa untuk praktek di kamar bersalin dimana wanita dengan resiko rendah melahirkan. Persalinan, walaupun di rumah sakit, seperti di rumah, tidak ada dokter yang siap menolong dan tidak terdapat Cardiograph. Mahasiswa akan teruju keterampilan kebidanan yang telah terpelajari.
Selama pendidikan di ketiga institusi tersebut menekankan bahwa kehamilan, persalinan, dan nifas sebagai proses fisiologis. Ini diterapkan dengan menempatkan mahasiswa untuk praktek di kamar bersalin dimana wanita dengan resiko rendah melahirkan. Persalinan, walaupun di rumah sakit, seperti di rumah, tidak ada dokter yang siap menolong dan tidak terdapat Cardiograph. Mahasiswa akan teruju keterampilan kebidanan yang telah terpelajari.
Bila
ada masalah, mahasiswa baru akan berkonsultasi dengan Ahli kebidanan dan
seperti di rumah, wanita di kirim ke ruang bersalin patologi. Mahasiswa
diwajibkan mempunyai pengalaman minimal 40 persalinan selama pendidikan. Ketika
mereka lulus ujian akhir akan menerima ijazah yang didalamnya tercanbtum nilai
ujian.
3)
Adapun Pelayanan - Pelayanan yang Dilaksanakan oleh Belanda, yaitu :
a. Pelayanan Antenatal
Bidan menurut peraturan Belanda lebih berhak praktek mandiri daripada
perawat. Bidan mempunyai ijin resmi untuk praktek dan menyediakan layanan
kepada wanita dengan resiko rendah, meliputi antenatal, intrapartum dan
postnatal tanpa Ahli Kandungan yang menyertai mereka bekerja di bawah Lembaga
Audit Kesehatan. Bidan harus
merujuk wanita denganresiko tinggi atau kasus patologi
ke Ahli Kebidanan untuk di rawat dengan baik.
Untuk
memperbaiki pelayanan kebidanan dan ahli kebidanan dan untuk meningkatakan
kerjasama antar bidan dan ahli kebidanan dibentuklah dafatar indikasi oleh
kelompok kecil yang berhubungan dengan pelayanan maternal di Belanda.
b. Pelayanan Intrapartum
Pelayanan intrapartum dimulai dari waktu
bidan dipanggil sampai satu jam setelah lahirnya plasenta dan membrannya. Bidan
mempunyai kemampuan untuk melakukan episiotomi tapi tidak diijinkan menggunakan
alat kedokteran. Biasanya bidan menjahit luka perineum atau episiotomi, untuk
luka yang parah dirujuk ke Ahli Kebidanan. Syntometrin dan Ergometrin diberikan
jika ada indikasi. Kebanyakan Kala III dibiarkan sesuai fisiologinya. Analgesik
tidak digunakan dalam persalinan.
c. Pelayanan Postpartum
Di
Kebidanan Belanda, pelayanan post natal dimulai setelah.
Pada tahun 1988, persalinan di negara Belanda 80% telah ditolong oleh bidan, hanya 20% persalinan di RS. Pelayanan kebidanan dilakukan pada community – normal, bidan sudah mempunyai indefendensi yuang jelas. Kondisi kesehatan ibu dan anak pun semakin baik, bidan mempunyai tanggung jawab yakni melindungi dan memfasilitasi proses alami, menyeleksi kapan wanitya perlu intervensi, yang menghindari teknologi dan pertolongan dokter yang tidak penting.
Pendidikan bidan digunakan sistem Direct Entry dengan lama pendidikan 3tahun.
Pada tahun 1988, persalinan di negara Belanda 80% telah ditolong oleh bidan, hanya 20% persalinan di RS. Pelayanan kebidanan dilakukan pada community – normal, bidan sudah mempunyai indefendensi yuang jelas. Kondisi kesehatan ibu dan anak pun semakin baik, bidan mempunyai tanggung jawab yakni melindungi dan memfasilitasi proses alami, menyeleksi kapan wanitya perlu intervensi, yang menghindari teknologi dan pertolongan dokter yang tidak penting.
Pendidikan bidan digunakan sistem Direct Entry dengan lama pendidikan 3tahun.
c.
Sejarah Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan Kebidanan di Jepang
1)
Pelayanan Kebidanan di Jepang
Jepang merupakan sebuah negara dengan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang maju serta kesehatan masyarakat yang tinggi.
Pelayanan kebidanan setelah perang dunia
II, lebih lebih banyak terkontaminasi oleh medikalisasi. Pelayana kepada
masyarakat masih bersifat hospitalisasi. Bidan berasal dari perawat jurusan
kebidanan dan perawat kesehatan masyarakat serta bidan hanya berperan sebagai
asisten dokter. Pertolongan persalinan lebih banyak dilakukan oeh dokter dan
perawat.
Jepang melakukan peningkatan pelayanan
dan pendidikan bidan sert mulai menata dan merubah situasi. Pada tahun 1987
peran bidan kembali dan tahun 1989 berorientasi pada siklus kehidupan wanita
mulai dari pubertas sampai klimaktelium serta kembali ke persalinannormal.
Bagi orang jepang melahirkan adalah
suatu hal yang kotor dan tidak diiinginkan maa banyak wanita yang akan
melahirkan diasingkan dan saat persalinan terjadi di tempat kotor gelap seperti
gedung dan gudang.
Dokumentasi relevan pertama tentang
praktek kebidanan adalah tentang pembantu-pembantu kelahiran (asisten) pada
periode Heian (794-1115).
Dokumentasi hukum pertama tentang
praktek kebidanan ditwerbitkan pada tahun 1868. Dokumen ini resmi menjadi dasar
untuk peraturan-peraturan hukum utama untuk profesi medis Jepang. Tahhun 1899
izin kerja kebidanan dikeluaran untuk memastikan profesional kualifikasi.
2)
Pendidikan Kebidanan di Jepang
Pendidikan kebidanan di Jepanbg diawali
dengan terbentuknya sekolah bidan pada tahun 1912 didirikan oleh Obgyn, dan
baru mendapatkan lisensi pada tahun 1974. Kemudian pada tahun 1899 lisensi dan
peraturan-peraturan untuk seleksi baru terbentuk.
Tahun 1987, pendidikan bidan mulai
berkembang dan berada dibawah pengawasan obstretikian. Kurikulum yang digunakan
dalam pendidikan bidan terdiri dari ilmu fisika, biologi, ilmu sosial, dan
psikologi. Ternyata hasil yang diharapkan dari pendidikan bidan tidak sesuai
dengan harapan. Bidn-bidan tersebut banyak yang bersifat tidak ramah dan tidak
banyak menolong persalinan dan pelayanan kebidanan.
Yang mengikuti pendidikan bidan yaitu
para perawat yang masuk pendidikan saat umur 20 tahun. Pendidikan berlangsung
selama 3 tahun. Tingkat Degree di universitas terdiri dari 8-16 kredit, yaitu
15 jam teori, 30 jam lab, dan 45 jam praktik. Pendidikan kebidanan tersebut
bertujuan untuk meningkatkan pelayanan obstetri
dan neonatal, serta meningkatkan kebutuhan masyarakat karena masih tingginya
angka aborsi di Jepang. Masalah-masalah yang masih terdapat di Jepang antara
klain masih kurangnya tenaga bidan dan kualitas bidan yang masih belum
memuaskan.
Saat ini pendidikan bidan di Jepang bisa
setelah lulus dari sekolah perawat atau perguruan tinggi 2 tahun atau melalui
program kebidanan yang ditawarkan oleh perguruan tinggi 4 tahun.
B. Bidan sebagai profesi
Sebagai anggota profesi, bidan mempunyai ciri khas yang khusus. Sebagaii
pelayan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan.
Bidan mempunyai tugas yang sangat unik, yaitu:
1. Selalu mengedepankan fungsi ibu sebagai pendidik bagi anak-anaknya.
2. Memiliki kode etik dengan serangkaian pengetahuan ilmiah yang didapat
melalui proses pendidikan dan jenjang tertentu
3. Keberadaan bidan diakui memiliki organisasi profesi yang bertugas
meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat,
4. Anggotanya menerima jasa atas pelayanan yang dilakukan dengan tetap
memegang teguh kode etik profesi.
Hal tersebut akan terus diupayakan oleh para bidan sehubungan dengan
anggota profesi yang harus memberikan pelayanan profesional. Tentunya harus
diimbangi dengan kesempatan memperoleh pendidikan lanjutan, pelatihan, dan
selalu berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan.
Sehubungan dengan profesionalisme jabatan bidan, perlu dibahas bahwa bidan
tergolong jabatan profesional. Jabatan dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu
jabatan struktural dan jabatan fungsional. Jabatan struktural adalah jabatan
yang secara tegas ada dan diatur berjenjang dalam suatu organisasi, sedangkan
jabatan fungsional adalah jabatan yang ditinjau serta dihargai dari aspek
fungsinya yang vital dalam kehidupan masyarakat dan negara.
Selain fungsi dan perannya yang vital dalam kehidupan masyarakat, jabatan
fungsional juga berorientasi kwalitatif.
Dalam konteks inilah jabatan bidan adalah jabatan fungsional profesional, dan
wajarlah apabila bidan tersebut mendapat tunjangan profesional.
Bidan sebagai profesi memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu :
- Bidan disiapkan melalui pendidikan formal agar lulusannya dapat melaksanakan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya secara profesional
- Bidan memiliki alat yang dijadikan panduan dalam menjalankan profesinya, yaitu standar pelayanan kebidanan, kode etik,dan etika kebidanan
- Bidan memiliki kelompok pengetahuan yang jelas dalam menjalankan profesinya
- Bidan memiliki kewenangan dalam menjalankan tugasnya
- Bidan memberi pelayanan yang aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
- Bidan memiliki organisasi profesi
- Bidan memiliki karakteristik yang khusus dan dikenal serta dibutuhkan masyarakat
- Profesi bidan dijadikan sebagai suatu pekerjaan dan sumber utama penghidupan.
C. Pengertian Paradigma
Bidan dalam bekerja memberikan
pelayanan keprofesiannya berpegang pada paradigm, berupa pandangan terhadap
manusia atau perempuan, lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan atau
kebidanan, dan keturunan.
Paradigma berasal dari bahasa
Latin/Yunani, paradigma yang berartimodel/pola.Paradigma juga berarti
pandangan hidup, pandangan suatu disiplin ilmu/profesi paradigm.Menurut kamus
besar bahasa Indonesia edisi ke-3, paradigma adalah
kerangka berpikir. Paradigma kebidanan adalah suatu cara pandang bidan
dalam memberi pelayanan. Keberhasilan bidan dalam bekerja/memberikan
pelayanan berpegang pada paradigma,pandangan terhadap
manusia/wanita,lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan cara pandang
bidanatauhubungan timbal balik antara manusia, lingkungan, perilaku,
pelayanankebidanan dan keturunan
C. Paradigma Asuhan
Kebidanan
Paradigma kebidanan adalah suatu
cara pandang bidan dalam memberikan pelayanan. Keberhasilan pelayanan tersebut
dipengaruhi oleh pengetahuan dan cara pandang bidan dalam kaitan atau hubungan
timbale-balik antara manusia atau wanita, lingkungan, perilaku, pelayanan
kebidanan, dan keturunan.
D. Komponen Paradigma
Kebidanan
1. Manusia
Perempuan, sebagaimana halnya
manusia adalah makhluk bio-psiko-sosio-kultural yang utuh dan unik, mempunyai
kebutuhan dasar yang unik dan bermacam-macam, sesuai dengan tingkat
perkembangannya. Perempuan adalah penerus generasi, sehingga keberadaan
perempuan yang sehat jasmani, rohani, dan social sangat diperlukan.
Perempuan sebagai sumber daya insane
merupakan pendidik pertama dan utama dalam keluarga. Kualitas manusia sangat
ditentukan oleh keberadaan atau kondisi perempuan atau ibu dalam keluarga. Para
perempuan di masyarakat adalah penggerak dan pelopor peningkatan kesejahteraan
keluarga.
2. Lingkungan
Lingkunagn merupakan semua yang
terlibat dalam interaksi individu pada waktu melaksanakan aktivitasnya, baik
lingkungan fisik, psikososial, biologis maupun budaya. Lingkungan psikososoal
meliputi keluarga, kelompok, komunitas, dan masyarakat.
Masyarakat merupakan kelompok paling
penting dan kompleks yang telah dibentuk oleh manusia sebagai lingkungan social
yang terdiri dari individu, keluarga dan komunitas yang mempunyai tujuan dan
system nilai.
Perempuan merupakan bagian dari
anggota keluarga serta unit komunitas. Keluarga, dalam fungsinya memengaruhi
dan dipengaruhi oleh lingkungan di mana dia berada. Keluarga dapat menunjang
kebutuhan sehai-hari dan memberikan dukungan emosional kepada ibu sepanjang
siklus kehidupannya. Keadaan sosial ekonomi, pendidikan, kebudayaan dan lokasi
tempat tinggal keluarga sangat menentukan derajat kesehatan reproduksi
perempuan.
3. Perilaku
Perilaku merupakan hasil dari
berbagai pengalaman secara interaksi manusia dengan lingkungannya, yang
terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku manusia
bersifat holistic (menyeluruh). Adapun perilaku professional dari bidan
mencakup :
a. Dalam
melaksanakan tugasnya berpegang teguh pada filosofi etika profesi dan aspek
legal.
b.
Bertanggungjawab dan mempertanggungjawabkan keputusan klinis yang dibuatnya.
c.
Senantiasa mengikuti perkembangan pengetahuan dan keterampilan mutakhir secara
berkala.
d. Menggunakan cara
pencegahan universal untuk mencegah penularan penyakit dan strategi
pengendalian infeksi.
e. Menggunakan
konsultasi dan rujukan yang tepat selama memberikan asuhan kebidanan.
f.
Menghargai dan memanfaatkan budaya setempat sehubungan dengan praktik
kesehatan, kehamilan, kelahiran, periode pasca persalinan, bayi baru lahir dan
anak.
g.
Menggunakan model kemitraan dalam bekerjasama dengan kaum perempuanatau ibu
agar mereka dapat menentukan pilihan yang telah diinformasikan tentang semua
aspek asuhan, meminta persetujuan secara tertulis supaya mereka
bertanggungjawab atas kesehatannya sendiri.
h. Menggunakan
keterampilan komunikasi.
i.
Bekerjasama dengan petugas kesehatan lain untuk meningakatkan pelayanan
keseshatan ibu dan keluarga.
j.
Melakukan advokasi terhadap pilihan ibu dalam tatanan pelayanan.
Perilaku ibu selama hamil akan
memengaruhi kehamilannya, perilaku ibu dalam mencari penolong persalinan akan
memengaruhi kesejahteraan ibu dan janin yang dilahirkan, demikian juga perilaku
ibu pada masa nifas akan memengaruhi kesehatan ibu dan bayinya.
Dengan demiku=ian perilaku ibu dapat
memengaruhi kesejahteraan ibu dan janinnya.
4. Pelayanan
Kebidanan
Pelayanan kebidanan merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan, yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan
keluarga dalam rangka tercapainya keluarga yang berkualitas. Pelayanan
kebidanan merupakan layanan yang diberikan oleh bidan sesuai dengan kewenangan
yang diberikan dengan meksud meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam rangka
tercapainya keluarga berkualitas, bahagia dan sejahtera.
Sasaran pelayanan kebidanan adalah
individu, keluarga dan masyarakat yang meliputi upaya peningkatan, pencegahan,
penyembuhan, dan pemulihan.
Layanan kebidanan dapat dibedakan
menjadi :
a. Layanan
kebidanan primer adalah layanan bidan yang sepenuhnya menjadi tanggungjawab
bidan.
b. Layanan
kebidanan kolaborasi adalah layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota
tim yang kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah satu urutan
dari sebuah proses kegiatan pelayanan kesehatan.
c. Layanan
kebidanan rujukan adalah layanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan
ke system pelayanan yang lenih tinggi atau sebaliknya yaitu yang dilakukan oleh
bidan sewaktu menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan, juga
layanan rujukan yang dilakukan oleh bidan ke tempat atau fasilitas pelayanan
kesehatan lain secara horizontal maupun vertikal atau ke profesi kesehatan
lainnya. Layanan kebidanan yang tepat akan meningkatkan keamanan dan
kesejahteraan ibu dan bayi.
5. Keturunan
Kualitas manusia, di antaranya
ditentukan oleh keturunan. Manusia yang sehat akan dilahirkan oleh ibu yang
sehat. Ini menyangkut kesiapan perempuan sebelum perkawinan, sebelum kehamilan
(pra-konsepsi), masa kehamilan, masa kelahiran, dan masa nifas.
Walaupun kehamilan, kelahiran, dan
nifas adalah sangat penting dan mempunyai keterkaitan satu sama lain yang tak
dapat dipisahkan, dan semua adalah tugas utama bidan.
BAB
III
A.
KESIMPULAN
Pelayanan kebidanan di Indonesia perlu
ditingkatkan mengingat masih tingginya angka kematian ibu dan anak (AKIA).
Perubahan-perubahan yang dilakukan dalam pelayanan kebidanan zaman dahulu
dengan pelayana kebidanan zaman sekarang merupakan wujud peningkatan pelayanan kebidanan.
Tetepi dalam melakukan perubahan tersebut tidaklah mudah, butuh proses dan
waktu yang tidak singkat untuk mewujudkan pelayanan kebidanan yang berkualitas.
Dari uraian di atas pula, maka dapat diambil
kesimpulan yakni sejarah perkembangan di masing-masing negara jelas memiliki
perbedaan. Baik itu dalam perkembangan
pelayanan, maupun pendidikan kebidanannya.
Dengan demikian, uaraian-uraian di atas
dapat dijadikan pembanding dan dapat kita pilah mengenai hal positif dan
negatif dari perbedaan tersebut.
Bidan memiliki peran unik dalam memberi pelayanan kesehatan
ibu dan anak, yakni saling melengkapi dengan tenaga kesehatan professional
lainnya. Bidan harus selalu mengembangkan dirinya agar mampu memenuhi
peningkatan kebutuhan kesehatan klien (ibu dan anak).
B.
SARAN
Karena mengingat perkembangan
pendidikan dan pelayanan kebidanan saat ini, kami menyarankan agar setiap orang
lebih memahami sejarah perkembangan kebidanan tidak hanya didalam negeri saja
melainkan diluar negara juga. Dengan
itu, kita akan dapat membandingkan dan dapat di tela’ah mengenai hal positif
dan negatif dari perbedaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Salmiati, Juraidaroito.2011. Konsep Kebidanan Manajemen Dan Standar Pelayanan. Jakarta : EGC.
Soepardan, Suryani. 2008. Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC
Sujianti, Susanti. 2009. Buku Ajar
Konsep Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Hidayat, Asri.2009. Catatan Kuliah
Konsep Kebidanan Plus Materi Bidan Delima. Yogyakarta : Mitra Cendikia
Rahmawati, Titik. 2012. Dasar –
Dasar Kebidanan. Jakarta : Prestasi
Pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar