Sabtu, 07 Oktober 2017

MAKALAH SEJARAH PERKEMBANGAN PELAYANAN DAN PENDIDIKAN KEBIDANAN



BAB I
PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG
Masalah bidan adalah seorang wanita yang mengikuti dan menyelesaikan pendidikan kebidanan yang diakui oleh pemerintah, lulus ujian sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku dan mendapat izin yang sah dari dinas kesehatan . Bidan juga dapat didefinisikan sebagai seorang petugas kesehatan yang tertatih secara formal maupun nonformal tetapi bukan seorang dokter, yang membantu kelahiran bayi serta perawatan maternal terkait.
Bidan dikenal sebagai professional yang bertanggung jawab yang bekerja sebagai mitra perempuan dalam memberikan dukungan yang diperlukan, asuhan, dan saran selama kehamilan, periode persalinan dan post partum dan melakukan pertolongan persalinan. Bidan adalah salah satu profesi tertua. Bidan terlahir sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi dan menolong ibu dalam melahirkan bayinya sampai ibu dapat merawat bayinya dengan baik.
Bidan bekerja berdasarkan pada pandangan filosofi yang dianut keilmuan , metode kerja , standar praktik, pelayanan dan kode etik profesi yang dimiliki.Suatu jabatan profesi yang disandang oleh anggota profesi tentu mempunyai ciri-ciri yang mampu menunjukan sebgai jabatan yang professional.
Falasafah kebidanan merupakan pandangan hidup atau penuntun bagi bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan.

I.2 TUJUAN
Membuat laporan diskusi tentang konsep kebidanan tentang sejarah pendidikan bidan perkembangan bidan sebagai profesi , paradigma secara umum dan komponen paradigm dalam asuhan kebidanan.





BAB II
ISI

A.   Sejarah Perkembangan Pelayanan Dan Pendidikan  Bidan Didalam Dan Diluar Negeri
       Perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan nasional maupun internasional terjadi begitu cepat. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan merupakan hal yang penting untuk dipelajari dan dipahami oleh petugas kesehatan khususnya bidan yang bertugas sebagai bidan pendidik maupun bidan di pelayanan

       Salah satu faktor yang menyebabkan terus berkembangnya pelayanan dan pendidikan kebidanan adalah masih tingginya mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin, khususnya di negara berkembang dan di negara miskin yaitu sekitar 25-50%. Mengingat hal diatas, maka penting bagi bidan untuk mengetahui sejarah perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan karena bidan sebagai tenaga terdepan dan utama dalam pelayanan kesehatan ibu dan bayi diberbagai catatan pelayanan wajib mengikuti perkembangan IPTEK dan menambah ilmu pengetahuannya melalui pendidikan formal atau non formal dan bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan maupun pelatihan serta meningkatkan jenjang karir dan jabatan yang sesuai.

1.    Sejarah Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan Kebidanan di Indonesia

       Perkembangan pendidikan dan pelayanan kebidanan di Indonesia tidak terbatas dari masa penjajahan Belanda, era kemerdekaan, politik/kebijakan pemerintah dalam pelayanan dan pendidikan tenaga kesehatan, kebutuhan masyarakat serta kemajuan ilmu dan teknologi.

Ø  Perkembangan Pelayanan Kebidanan

       Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab praktik profesi bidan dalam system pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan kaum perempuan khususnya ibu dan anak. Layanan kebidanan yang tepat akan meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu dan bayinya. Layanan kebidanan/oleh bidan dapat dibedakan meliputi :

1) Layanan kebidanan primer yaitu layanan yang diberikan sepenuhnya atas tanggung jawab bidan.
2) Layanan kolaborasi yaitu layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim secara bersama-sama dengan profesi lain dalam rangka pemberian pelayanan kesehatan.
3) Layanan kebidanan rujukan yaitu merupakan pengalihan tanggung jawab layanan oleh bidan kepada system layanan yang lebih tinggi atau yang lebih kompeten ataupun pengambil alihan tanggung jawab layanan/menerima rujukan dari penolong persalinan lainnya seperti rujukan.

       Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, angka kematian ibu dan anak sangat tinggi. Tenaga penolong persalinan adalah dukun. Pada tahun 1807 (zaman Gubernur Jenderal Hendrik William Deandels) para dukun dilatih dalam pertolongan persalinan, tetapi keadaan ini tidak berlangsung lama karena tidak adanya pelatih kebidanan.

       Adapun pelayanan kebidanan hanya diperuntukkan bagi orang-orang Belanda yang ada di Indonesia. Tahun 1849 di buka pendidikan Dokter Jawa di Batavia (Di Rumah Sakit Militer Belanda sekarang RSPAD Gatot Subroto). Saat itu ilmu kebidanan belum merupakan pelajaran, baru tahun 1889 oleh Straat, Obstetrikus Austria dan Masland, Ilmu kebidanan diberikan sukarela. Seiring dengan dibukanya pendidikan dokter tersebut, pada tahun 1851, dibuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi di Batavia oleh seorang dokter militer Belanda (dr. W. Bosch). Mulai saat itu pelayanan kesehatan ibu dan anak dilakukan oleh dukun dan bidan.
Pada tahun 1952 mulai diadakan pelatihan bidan secara formal agar dapat meningkatkan kualitas pertolongan persalinan. Perubahan pengetahuan dan keterampilan tentang pelayanan kesehatan ibu dan anak secara menyeluruh di masyarakat dilakukan melalui kursus tambahan yang dikenal dengan istilah Kursus Tambahan Bidan (KTB) pada tahun 1953 di Yogyakarta yang akhirnya dilakukan pula dikota-kota besar lain di nusantara.
Seiring dengan pelatihan tersebut didirikanlah Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA).

       Dari BKIA inilah yang akhirnya menjadi suatu pelayanan terintegrasi kepada masyarakat yang dinamakan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) pada tahun 1957. Puskesmas memberikan pelayanan berorientasi pada wilayah kerja. Bidan yang bertugas di Puskesmas berfungsi dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk pelayanan keluarga berencana.

       Mulai tahun 1990 pelayanan kebidanan diberikan secara merata dan dekat dengan masyarakat. Kebijakan ini melalui Instruksi Presiden secara lisan pada Sidang Kabinet Tahun 1992 tentang perlunya mendidik bidan untuk penempatan bidan di desa.

       Adapun tugas pokok bidan di desa adalah sebagai pelaksana kesehatan KIA, khususnya dalam pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan kesehatan bayi baru lahir, termasuk. Pembinaan dukun bayi. Dalam melaksanakan tugas pokoknya bidan di desa melaksanakan kunjungan rumah pada ibu dan anak yang memerlukannya, mengadakan pembinaan pada Posyandu di wilayah kerjanya serta mengembangkan Pondok Bersalin sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.

       Hal tersebut di atas adalah pelayanan yang diberikan oleh bidan di desa. Pelayanan yang diberikan berorientasi pada kesehatan masyarakat berbeda halnya dengan bidan yang bekerja di rumah sakit, dimana pelayanan yang diberikan berorientasi pada individu. Bidan di rumah sakit memberikan pelayanan poliklinik antenatal, gangguan kesehatan reproduksi di poliklinik keluarga berencana, senam hamil, pendidikan perinatal, kamar bersalin, kamar operasi kebidanan, ruang nifas dan ruang perinatal.

       Titik tolak dari Konferensi Kependudukan Dunia di Kairo pada tahun 1994 yang menekankan pada reproduktive health (kesehatan reproduksi), memperluas area garapan pelayanan bidan. Area tersebut meliputi :
1) Safe Motherhood, termasuk bayi baru lahir dan perawatan abortus
2) Family Planning.
3) Penyakit menular seksual termasuk infeksi saluran alat reproduksi
4) Kesehatan reproduksi remaja
5) Kesehatan reproduksi pada orang tua.

2.   Sejarah Pelayanan Kebidanan di Luar Negeri
      Sebelum abad 20 (1700-1900)
       William Smellie dari Scotlandia (1677-1763) mengembangkan forcepss dengan kurva pelvik seperti kurva shepalik . Dia memperkenalkan cara pengukuran konjungata diagonalis dalam pelvi metri , menggambarkan metode tentang persalinan lahirnya kepala pada presentasi bokong , dan penanganan resusitasi bayi asfiksia dengan penonpaan paru-paru melalui sebuah metal kateler .
       Ignos Phillip Semmelweis , seorang dokter dari Hungaria (1818-1865) mengenalkan tentang cuci tangan yang bersih , mengacu pada pengendalian species puerperium .
       James Young Simpsosn dari Edenburgh , Scotlandia (1811-1870) memperkenalan dan menggunakan anastesi umum .
       Tahun 1824 , James Blundell dari Inggris menjadi orang pertama yang berhasil menangani pendarahan postpartum dengan menggunakan tranfusi darah .
       Jean Lubumean dari Prancis (orang kepercayaan Rene Laenec , penemu Stetoskop pada tahun 1819) pertama kali mendengar bunyi jantung janin dengan stetoskop pada tahun 1920.
       Jhon Charles Weaven dari Inggris (1811-1859) , pada tahun 1843 , adalah orang pertama yang tes urin pada perempuan hamil untuk pemeriksaan dan menghubungkan kehadirannya dengan eklamsipsia .
       Adolf Pinard dari Prancis (1844-1934) , pada tahun 1878, mengumpulkan kerjanya pada palpasi abdominal.
       Carl Crede dari Jerman (1819-1892), menggambarkan metode stimulasi urin yang lembut dan lentur untuk mengeluarkan plasenta.
Juduig Bandl, dokter obstetri dari jerman (1842-1992), pada tahun 1875, menggambarkan lingkaran retraksi yang pasti muncul pada pertemuan segmen atas rahim dan segmen bawah rahim dalam persalinan macet atau sulit.
       Daunce dari Bordeauz, pada tahun 1857, memperkenalkan penggunaan inkubator dalam perawatan bayi prematur.
      Abad 20
       Postnatal care sejak munculnya hospitalisasi untuk persalinan telah berubah dari perpanjangan masa rawatan sampai 10 hari, ke trend “Modern” ambulasi diri. Yang pada kenyataannya, suatu pengembalian pada “cara yang lebih alami”.
Selama beberapa tahun, pemisahan ibu dan bayi merupakan praktek yang dapat diterima di banyak rumah sakit, dan alat menyusui bayi buatan menjadi dapat diterima, dan bahkan oleh norma! Bagaimanapun, alami sekali lagi “membuktikan dirinya “rooing-in” dipraktekan dan menyusui dipromosikan menyusui disemua rumah sakit yang sudah mendapat penerangan
.
        
Perkembangan teknologi yang cepat telah monitoring anthepartum dan intrapartum yang tepat menjadi mungkin dengan pengguraan ultrasonografi dan cardiotocografi, dan telah merubah prognosis bagi bayi prematur secara dramatis ketika dirawat di neonatal intersive acara urits, hal ini juga memungkinkan perkembangan yang menakjubkan.

a. Sejarah Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan Kebidanan di Amerika
1) Pelayanan Kebidanan di Amerika
       Di Amerika, para bidan berperan seperti dokter, berpengalaman tanpa pendidikan yang spesifik, standar-standar, atau peraturan-peraturan sampai pada awal abad ke 20.
       Kebidanan, sementara itu, menjadi tidak diakui dalam sebagian besar yurisdiksi (hukum) dengan istilah ‘nenek tua’: Kebidanan akhirnya padam, profesi bidan hampir mati.
       Sekitar tahun 1700, para ahli sejarah memprediksikan bahwa angka kematian ibu di AS sebanyak 95%. Salah satu alasan mengapa dokter banyak terlibat dalam persalinan adalah untuk mengjhilangkan praktik sihir yang masih ada pada saat itu. Dokter memegang kendali dan banyak memberikan obat-obatan tetapi tidak mengindahkan aspek spiritual, sehingga perempuan yang menjalani persalinan selalu dihinggapi perasaan takut terhadap kematian.

2)  Pendidikan Kebidanan di Amerika
       Tahun 1765, pendidikan formal untuk bidan mulai di buka pada akhir abad ke 18. Banyak kalangan medis yang berpendapat bahwa secar emosi dan intelektual, perempuan tidak mampu belajar dan menerapkan metode obstetrik. Pendap[at ini digunakan untuk menjatuhkan profesi bidan, sehingga bidan tidak mempunyai pendukung. Pada pertengahan abad antar tahun 1770 dan 1820, para perempuan golongan atas di kota-kota Amerika, mulai meminta bantuan para dokter. Sejak awal tahun 1990 setengah persalinan di AS ditangani oleh dokter; bidan hanya menangani persalinan perempuan yang tidak mampu mebayar dokter.
       Tahun 1915, Dokter Joseph de lee mengatakan bahwa kelahiran bayi adalah proses patologis dan bidan tidak mempunyai peran didalamnya, serta diberlakukannya protap pertolongan persalinan di AS, yaitu : memberikan sedatif pada awal inpartu,  membiarkan serviks berdilatasi memeberikan ather pada kala II, melakukan episiotomi, melahirkan bayi dengan forceps ekstraksi plasenta, memberikan uteronika serta menjahit episiotomi.
       Tahun 1955 American College of  Nurse-Midwifes (ACNM) di buka. Pada tahun 1971, seorang bidan di Tennese mulai menolong persalinan secara mandiri di institut kesehatan.
       Pada tahun 1979, badan pengawasan obat Amerika menyatakian bahwa ibu bersalin yang menerima anestesi dalam dosis tinggi melahirkan anak-anak dengan kemunduran perkembangan psikomotor.
       Pada era 1980-an, ACNM membuat pedoman alternatif lain dalam homebirth. 0pada tahun yang sama dibuat legalisasi tentang praktik profesional bidan, sehingga membuat bidan menjadi sebuah profesi dengan lahan praktik yang spesifik dan membutuhkan organisasi yang mengatur profesi tersebut.
       Pada tahun 1982 MANA (Midwive Alliance Of  North America) dibentuk guna meningkatkan komunikasi antar bidanserta mwembuat peraturan sebagai dasar kompetisi untuk melindungi bidan.
       Hambatan-hambatan yang dirasakan oleh bidan Amerika saat ini antara lain :
                   - Walau ada banyak undang-undang yang baru, direct entri midwives masih dianggap ilegal di beberapa negara bagian.
                   - Lisensi praktik berbeda pada setiap negara bagian, tidak ada standar nasional sehingga tidak ada definisi yang jelas tentang bidan sebagai seseorang yang telah terdidik dan memiliki standar kompetensi yang sama.
                   - Kritik tajam dari profesi medis kepada direct entry midwives ditambah dengan isolasi dari sistem pelayanan kesehatan telah mempersulit sebagian besar dari mereka untuk memperoleh dukungan medis yang memadai bila terjadi keadaan gawat darurat.
       Pendidikan kebidana biasanya berbentuk praktik lapangan. Sampai saat ini mereka bisa menangani persalinan dengan pengalaman sebagai bidan. Bidan adalah seseorang telah menyelesaikan pendidikan 4 tahun dan praktik lapangan selama 2 tahun, yang mana biayanyan yang sangat mahal. Kebidanan memiliki sebuah organisasi untuk membentuk standar, menyediakan sertifikat dan membuat ijin praktik. Saat ini AS merupakan negara yang menyediakan perawatan maternitas termahal di dunia, tetapi sekaligus merupakan negara industri yang paling buruk dalam hasil perawatan natal di negara-negara industri lainnya.
                  
b. Sejarah Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan Kebidanan di Belanda
1) Perkembangan Kebidanan di Belanda
       Seiring dengan meningkatnya perhatian pemerintah Belanda terhadap kelahiran dan kematian, pemerintah mengambil tindakan terhadap masalah tersebut. Wanita berhak memilih apakah ia mau melahirkan di rumah atau di Rumah Sakit, hidup atau mati. Belanda memiliki angka kelahiran yang sangat tinggi, sedangkan kematian prenatal relatif rendah.
       Prof. Geerit Van Kloosterman pada konferensinya di Toronto tahun 1984, menyatakan bahwa setiap kehamilan adalah normal, harus selalu dipantau dan mereka bebas memilih untuk tinggal di rumah atau rumah sakit, dimana bidan yang sama akan memantau kehamilannya.
       Astrid Limburg mengatakan : Seorang perawat yang baik tidak akan menjadi seorang bidan yang baik karena perawat dididik untuk merawat orang yang sakit, sedangkan bidan untukkesehatan wanita.
       Maria De Broer yang mengatakan bahwa kebidanan tidak memiliki hubungan dengan keperawatan; kebidanan adalah profesi yang mandiri.
       Pendidikan kebidanan di Amsterdam memiliki prinsip yakni sebagaimana memberi anastesi dan sedatif pada pasien begitulah kita harus mengadakan pendekatan dan memberi pada ibu saat persalinan. Jadi pada praktiknya bidan harus  memandang ibu secara keseluruhan dan mendorong ibu untuk menolong dirinya sendiri. Bidan harus menjadi role  model di masyarakat dan harus menganggap kehamilan adalah sesuatu yang normal, sehingga apabila seorang perempuan merasa dirinya hamil dia dapat langsung memeriksakan diri ke bidan/atau dianjurkan oleh keluarga, teman, atau siapa saja.

2) Pendidikan Kebidanan di Belanda
       Pendidikan Kebidanan di Belanda terpisah dari pendidikan keperawatan dan berkembang menjadi profesi yang berbeda. Di Belanda ada 3 institusi kebidanan dan menerima 66 mahasiswa setiap tahunnya. Hampir tahun 800 calon mahasiswa (95% wanita, 4% pria) yang mengikuti tes syarat masuk mengikuti pendidikan usia minimum 19 tahun, telah menamatkan Secondary Education atau yang sederajat dari jurusan   kimia   dan  biologi.   Mahasiswa      kbidanan    tidak menerima gaji dan tidak membayar biaya pendidikan.
      
Selama pendidikan di ketiga institusi tersebut menekankan bahwa kehamilan, persalinan, dan nifas sebagai proses fisiologis. Ini diterapkan dengan menempatkan mahasiswa untuk praktek di kamar bersalin dimana wanita dengan resiko rendah melahirkan. Persalinan, walaupun di rumah sakit, seperti di rumah, tidak ada dokter yang siap menolong dan tidak terdapat Cardiograph. Mahasiswa akan teruju keterampilan kebidanan yang telah terpelajari.
       Bila ada masalah, mahasiswa baru akan berkonsultasi dengan Ahli kebidanan dan seperti di rumah, wanita di kirim ke ruang bersalin patologi. Mahasiswa diwajibkan mempunyai pengalaman minimal 40 persalinan selama pendidikan. Ketika mereka lulus ujian akhir akan menerima ijazah yang didalamnya tercanbtum nilai ujian.

3) Adapun Pelayanan - Pelayanan yang Dilaksanakan oleh Belanda, yaitu :
a. Pelayanan Antenatal
       Bidan menurut peraturan Belanda lebih berhak praktek mandiri daripada perawat. Bidan mempunyai ijin resmi untuk praktek dan menyediakan layanan kepada wanita dengan resiko rendah, meliputi antenatal, intrapartum dan postnatal tanpa Ahli Kandungan yang menyertai mereka bekerja di bawah Lembaga Audit Kesehatan. Bidan harus      merujuk   wanita     denganresiko     tinggi        atau           kasus      patologi  ke Ahli Kebidanan untuk di rawat dengan baik.
        Untuk memperbaiki pelayanan kebidanan dan ahli kebidanan dan untuk meningkatakan kerjasama antar bidan dan ahli kebidanan dibentuklah dafatar indikasi oleh kelompok kecil yang berhubungan dengan pelayanan maternal di Belanda.

b. Pelayanan Intrapartum
       Pelayanan intrapartum dimulai dari waktu bidan dipanggil sampai satu jam setelah lahirnya plasenta dan membrannya. Bidan mempunyai kemampuan untuk melakukan episiotomi tapi tidak diijinkan menggunakan alat kedokteran. Biasanya bidan menjahit luka perineum atau episiotomi, untuk luka yang parah dirujuk ke Ahli Kebidanan. Syntometrin dan Ergometrin diberikan jika ada indikasi. Kebanyakan Kala III dibiarkan sesuai fisiologinya. Analgesik tidak digunakan dalam persalinan.

c.  Pelayanan Postpartum
       Di Kebidanan Belanda, pelayanan post natal dimulai setelah.
Pada tahun 1988, persalinan di negara Belanda 80% telah ditolong oleh bidan, hanya 20% persalinan di RS. Pelayanan kebidanan dilakukan pada community – normal, bidan sudah mempunyai indefendensi yuang jelas. Kondisi kesehatan ibu dan anak pun semakin baik, bidan mempunyai tanggung jawab yakni melindungi dan memfasilitasi proses alami, menyeleksi kapan wanitya perlu intervensi, yang menghindari teknologi dan pertolongan dokter yang tidak penting.
Pendidikan bidan digunakan sistem Direct Entry dengan lama pendidikan 3tahun.

c. Sejarah Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan Kebidanan di Jepang
1) Pelayanan Kebidanan di Jepang
       Jepang merupakan sebuah negara dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang maju serta kesehatan masyarakat yang tinggi.
       Pelayanan kebidanan setelah perang dunia II, lebih lebih banyak terkontaminasi oleh medikalisasi. Pelayana kepada masyarakat masih bersifat hospitalisasi. Bidan berasal dari perawat jurusan kebidanan dan perawat kesehatan masyarakat serta bidan hanya berperan sebagai asisten dokter. Pertolongan persalinan lebih banyak dilakukan oeh dokter dan perawat.
       Jepang melakukan peningkatan pelayanan dan pendidikan bidan sert mulai menata dan merubah situasi. Pada tahun 1987 peran bidan kembali dan tahun 1989 berorientasi pada siklus kehidupan wanita mulai dari pubertas sampai klimaktelium serta kembali ke persalinannormal.
       Bagi orang jepang melahirkan adalah suatu hal yang kotor dan tidak diiinginkan maa banyak wanita yang akan melahirkan diasingkan dan saat persalinan terjadi di tempat kotor gelap seperti gedung dan gudang.
       Dokumentasi relevan pertama tentang praktek kebidanan adalah tentang pembantu-pembantu kelahiran (asisten) pada periode Heian (794-1115).
       Dokumentasi hukum pertama tentang praktek kebidanan ditwerbitkan pada tahun 1868. Dokumen ini resmi menjadi dasar untuk peraturan-peraturan hukum utama untuk profesi medis Jepang. Tahhun 1899 izin kerja kebidanan dikeluaran untuk memastikan profesional kualifikasi.

2) Pendidikan Kebidanan di Jepang
       Pendidikan kebidanan di Jepanbg diawali dengan terbentuknya sekolah bidan pada tahun 1912 didirikan oleh Obgyn, dan baru mendapatkan lisensi pada tahun 1974. Kemudian pada tahun 1899 lisensi dan peraturan-peraturan untuk seleksi baru terbentuk.
       Tahun 1987, pendidikan bidan mulai berkembang dan berada dibawah pengawasan obstretikian. Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan bidan terdiri dari ilmu fisika, biologi, ilmu sosial, dan psikologi. Ternyata hasil yang diharapkan dari pendidikan bidan tidak sesuai dengan harapan. Bidn-bidan tersebut banyak yang bersifat tidak ramah dan tidak banyak menolong persalinan dan pelayanan kebidanan.
       Yang mengikuti pendidikan bidan yaitu para perawat yang masuk pendidikan saat umur 20 tahun. Pendidikan berlangsung selama 3 tahun. Tingkat Degree di universitas terdiri dari 8-16 kredit, yaitu 15 jam teori, 30 jam lab, dan 45 jam praktik. Pendidikan kebidanan tersebut bertujuan untuk meningkatkan pelayanan obstetri dan neonatal, serta meningkatkan kebutuhan masyarakat karena masih tingginya angka aborsi di Jepang. Masalah-masalah yang masih terdapat di Jepang antara klain masih kurangnya tenaga bidan dan kualitas bidan yang masih belum memuaskan.
       Saat ini pendidikan bidan di Jepang bisa setelah lulus dari sekolah perawat atau perguruan tinggi 2 tahun atau melalui program kebidanan yang ditawarkan oleh perguruan tinggi 4 tahun.




B. Bidan sebagai profesi
Sebagai anggota profesi, bidan mempunyai ciri khas yang khusus. Sebagaii pelayan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Bidan mempunyai tugas yang sangat unik, yaitu:
1. Selalu mengedepankan fungsi ibu sebagai pendidik bagi anak-anaknya.
2. Memiliki kode etik dengan serangkaian pengetahuan ilmiah yang didapat melalui proses pendidikan dan jenjang tertentu
3. Keberadaan bidan diakui memiliki organisasi profesi yang bertugas meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat,
4. Anggotanya menerima jasa atas pelayanan yang dilakukan dengan tetap memegang teguh kode etik profesi.
Hal tersebut akan terus diupayakan oleh para bidan sehubungan dengan anggota profesi yang harus memberikan pelayanan profesional. Tentunya harus diimbangi dengan kesempatan memperoleh pendidikan lanjutan, pelatihan, dan selalu berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan.
Sehubungan dengan profesionalisme jabatan bidan, perlu dibahas bahwa bidan tergolong jabatan profesional. Jabatan dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu jabatan struktural dan jabatan fungsional. Jabatan struktural adalah jabatan yang secara tegas ada dan diatur berjenjang dalam suatu organisasi, sedangkan jabatan fungsional adalah jabatan yang ditinjau serta dihargai dari aspek fungsinya yang vital dalam kehidupan masyarakat dan negara.
Selain fungsi dan perannya yang vital dalam kehidupan masyarakat, jabatan fungsional juga berorientasi kwalitatif. Dalam konteks inilah jabatan bidan adalah jabatan fungsional profesional, dan wajarlah apabila bidan tersebut mendapat tunjangan profesional.
Bidan sebagai profesi memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu :
  1. Bidan disiapkan melalui pendidikan formal agar lulusannya dapat melaksanakan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya secara profesional
  2. Bidan memiliki alat yang dijadikan panduan dalam menjalankan profesinya, yaitu standar pelayanan kebidanan, kode etik,dan etika kebidanan
  3. Bidan memiliki kelompok pengetahuan yang jelas dalam menjalankan profesinya
  4. Bidan memiliki kewenangan dalam menjalankan tugasnya
  5. Bidan memberi pelayanan yang aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
  6. Bidan memiliki organisasi profesi
  7. Bidan memiliki karakteristik yang khusus dan dikenal serta dibutuhkan masyarakat
  8. Profesi bidan dijadikan sebagai suatu pekerjaan dan sumber utama penghidupan.
C.   Pengertian Paradigma
Bidan dalam bekerja memberikan pelayanan keprofesiannya berpegang pada paradigm, berupa pandangan terhadap manusia atau perempuan, lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan atau kebidanan, dan keturunan.
Paradigma berasal dari bahasa Latin/Yunani, paradigma yang berartimodel/pola.Paradigma juga berarti pandangan hidup, pandangan suatu disiplin ilmu/profesi paradigm.Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi ke-3, paradigma adalah kerangka berpikir. Paradigma kebidanan adalah suatu cara pandang bidan dalam memberi pelayanan. Keberhasilan bidan dalam bekerja/memberikan pelayanan berpegang pada paradigma,pandangan terhadap manusia/wanita,lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan cara pandang bidanatauhubungan timbal balik antara manusia, lingkungan, perilaku, pelayanankebidanan dan keturunan

C.   Paradigma Asuhan Kebidanan
Paradigma kebidanan adalah suatu cara pandang bidan dalam memberikan pelayanan. Keberhasilan pelayanan tersebut dipengaruhi oleh pengetahuan dan cara pandang bidan dalam kaitan atau hubungan timbale-balik antara manusia atau wanita, lingkungan, perilaku, pelayanan kebidanan, dan keturunan.

D.   Komponen Paradigma Kebidanan
1.     Manusia
Perempuan, sebagaimana halnya manusia adalah makhluk bio-psiko-sosio-kultural yang utuh dan unik, mempunyai kebutuhan dasar yang unik dan bermacam-macam, sesuai dengan tingkat perkembangannya. Perempuan adalah penerus generasi, sehingga keberadaan perempuan yang sehat jasmani, rohani, dan social sangat diperlukan.
Perempuan sebagai sumber daya insane merupakan pendidik pertama dan utama dalam keluarga. Kualitas manusia sangat ditentukan oleh keberadaan atau kondisi perempuan atau ibu dalam keluarga. Para perempuan di masyarakat adalah penggerak dan pelopor peningkatan kesejahteraan keluarga.


2.    Lingkungan
Lingkunagn merupakan semua yang terlibat dalam interaksi individu pada waktu melaksanakan aktivitasnya, baik lingkungan fisik, psikososial, biologis maupun budaya. Lingkungan psikososoal meliputi keluarga, kelompok, komunitas, dan masyarakat.
Masyarakat merupakan kelompok paling penting dan kompleks yang telah dibentuk oleh manusia sebagai lingkungan social yang terdiri dari individu, keluarga dan komunitas yang mempunyai tujuan dan system nilai.
Perempuan merupakan bagian dari anggota keluarga serta unit komunitas. Keluarga, dalam fungsinya memengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan di mana dia berada. Keluarga dapat menunjang kebutuhan sehai-hari dan memberikan dukungan emosional kepada ibu sepanjang siklus kehidupannya. Keadaan sosial ekonomi, pendidikan, kebudayaan dan lokasi tempat tinggal keluarga sangat menentukan derajat kesehatan reproduksi perempuan.
3.    Perilaku
Perilaku merupakan hasil dari berbagai pengalaman secara interaksi manusia dengan lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku manusia bersifat holistic (menyeluruh). Adapun perilaku professional dari bidan mencakup :
a.     Dalam melaksanakan tugasnya berpegang teguh pada filosofi etika profesi dan aspek legal.
b.     Bertanggungjawab dan mempertanggungjawabkan keputusan klinis yang dibuatnya.
c.     Senantiasa mengikuti perkembangan pengetahuan dan keterampilan mutakhir secara berkala.
d.    Menggunakan cara pencegahan universal untuk mencegah penularan penyakit dan strategi pengendalian infeksi.
e.    Menggunakan konsultasi dan rujukan yang tepat selama memberikan asuhan kebidanan.
f.     Menghargai dan memanfaatkan budaya setempat sehubungan dengan praktik kesehatan, kehamilan, kelahiran, periode pasca persalinan, bayi baru lahir dan anak.
g.     Menggunakan model kemitraan dalam bekerjasama dengan kaum perempuanatau ibu agar mereka dapat menentukan pilihan yang telah diinformasikan tentang semua aspek asuhan, meminta persetujuan secara tertulis supaya mereka bertanggungjawab atas kesehatannya sendiri.
h.    Menggunakan keterampilan komunikasi.
i.      Bekerjasama dengan petugas kesehatan lain untuk meningakatkan pelayanan keseshatan ibu dan keluarga.
j.      Melakukan advokasi terhadap pilihan ibu dalam tatanan pelayanan.

Perilaku ibu selama hamil akan memengaruhi kehamilannya, perilaku ibu dalam mencari penolong persalinan akan memengaruhi kesejahteraan ibu dan janin yang dilahirkan, demikian juga perilaku ibu pada masa nifas akan memengaruhi kesehatan ibu dan bayinya.
Dengan demiku=ian perilaku ibu dapat memengaruhi kesejahteraan ibu dan janinnya.
4.    Pelayanan Kebidanan
Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga dalam rangka tercapainya keluarga yang berkualitas. Pelayanan kebidanan merupakan layanan yang diberikan oleh bidan sesuai dengan kewenangan yang diberikan dengan meksud meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam rangka tercapainya keluarga berkualitas, bahagia dan sejahtera.
Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu, keluarga dan masyarakat yang meliputi upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan, dan pemulihan.
Layanan kebidanan dapat dibedakan menjadi :
a.     Layanan kebidanan primer adalah layanan bidan yang sepenuhnya menjadi tanggungjawab bidan.
b.     Layanan kebidanan kolaborasi adalah layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim yang kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah satu urutan dari sebuah proses kegiatan pelayanan kesehatan.
c.     Layanan kebidanan rujukan adalah layanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke system pelayanan yang lenih tinggi atau sebaliknya yaitu yang dilakukan oleh bidan sewaktu menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan, juga layanan rujukan yang dilakukan oleh bidan ke tempat atau fasilitas pelayanan kesehatan lain secara horizontal maupun vertikal atau ke profesi kesehatan lainnya. Layanan kebidanan yang tepat akan meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu dan bayi.
5.    Keturunan
Kualitas manusia, di antaranya ditentukan oleh keturunan. Manusia yang sehat akan dilahirkan oleh ibu yang sehat. Ini menyangkut kesiapan perempuan sebelum perkawinan, sebelum kehamilan (pra-konsepsi), masa kehamilan, masa kelahiran, dan masa nifas.
Walaupun kehamilan, kelahiran, dan nifas adalah sangat penting dan mempunyai keterkaitan satu sama lain yang tak dapat dipisahkan, dan semua adalah tugas utama bidan.


BAB III

A.   KESIMPULAN

      Pelayanan kebidanan di Indonesia perlu ditingkatkan mengingat masih tingginya angka kematian ibu dan anak (AKIA). Perubahan-perubahan yang dilakukan dalam pelayanan kebidanan zaman dahulu dengan pelayana kebidanan zaman sekarang merupakan wujud peningkatan pelayanan kebidanan. Tetepi dalam melakukan perubahan tersebut tidaklah mudah, butuh proses dan waktu yang tidak singkat untuk mewujudkan pelayanan kebidanan yang berkualitas.
       Dari uraian di atas pula, maka dapat diambil kesimpulan yakni sejarah perkembangan di masing-masing negara jelas memiliki perbedaan. Baik  itu dalam perkembangan pelayanan, maupun pendidikan kebidanannya.
       Dengan demikian, uaraian-uraian di atas dapat dijadikan pembanding dan dapat kita pilah mengenai hal positif dan negatif dari perbedaan tersebut.

Bidan memiliki peran unik dalam memberi pelayanan kesehatan ibu dan anak, yakni saling melengkapi dengan tenaga kesehatan professional lainnya. Bidan harus selalu mengembangkan dirinya agar mampu memenuhi peningkatan kebutuhan kesehatan klien (ibu dan anak).


B.   SARAN

           Karena mengingat perkembangan pendidikan dan pelayanan kebidanan saat ini, kami menyarankan agar setiap orang lebih memahami sejarah perkembangan kebidanan tidak hanya didalam negeri saja melainkan diluar  negara juga. Dengan itu, kita akan dapat membandingkan dan dapat di tela’ah mengenai hal positif dan negatif dari perbedaan tersebut.




DAFTAR PUSTAKA


Salmiati, Juraidaroito.2011.  Konsep Kebidanan Manajemen Dan Standar  Pelayanan. Jakarta : EGC.
Soepardan, Suryani. 2008.  Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC
Sujianti, Susanti. 2009. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Hidayat, Asri.2009. Catatan Kuliah Konsep Kebidanan Plus Materi Bidan Delima. Yogyakarta : Mitra Cendikia
Rahmawati, Titik. 2012. Dasar – Dasar  Kebidanan. Jakarta : Prestasi Pustaka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar